Sabtu, 23 April 2011

General Purpose Bombs

General-purpose bomb (GP Bomb=bom serba guna) adalah bom yang dijatuhkan dari udara yang dimaksudkan sebagai gabungan antara perusakan dari ledakan, penetrasi dan fragmentasi akibat ledakan.


KARAKTERISTIK


[Image: gpb.ht14.gif]

Bom serba guna (GP Bomb) menggunakan menggunakan sebuah selongsong logam tebal dengan isi (biasanya TNT, Compotition B, atau Tritonal) sekitar 50% dari total berat bom (Inggris menggunakan istilah “medium case” atau “medium capacity” (MC) untuk bomb semacam ini). GP Bomb adalah senjata yang biasa digunakan untuk pesawat fighter-bomber dan pesawat tempur karena bom ini berguna untuk berbagai jenis taktis dan relatif murah.

GP Bomb biasanya diidentifikasi dari beratnya (misalkan 500 lb, 250 kg). Dalam berbagai kasus ini hanya nominal atau kaliber saja, berat sebenarnya tiap senjata dapat bervariasi tergantung pada “retardation” (penghambatan (ledakan)), penggabungan, bawaan dan sistem kendalinya. Sebagai contoh, berat aktual bom M117 AS secara nominal 750 lb (340 kg), tetapi berat tipikalnya 820 lb (374kg).

Sebagian besar moderin GP Bomb didesain untuk untuk mengurangi daya hambat aerodinamis untuk pesawat pembawanya.

Untuk serangan altitude rendah, ada bahaya bagi pesawat yang dapat terkena efek ledakan bomnya sendiri. Untuk mengatasi masalah ini, GP bomb kadang dilengkapi dengan parasut penghalang ledakan atau sirip khusus yang dapat mengurangi kecepatan turunnya bom agar pesawat mempunyai waktu lebih untuk menghindari efek ledakan.

GP bomb dapat dilengkapi dengan berbagai macam jenis sumbu (hulu ledak?) dan sirip untuk berbagai kegunaan. Sebagai contoh adalah sumbu “daisy cutter” yang digunakan di pesenjataan AS era Perang Vietnam, sebuah desain probe yang diperluas untuk memastikan bom akan terdetonasi ketika terjadi kontak (walaupun dengan daun-daunan), sehingga bom tidak tertimbun di bumi atau lumpur yang mengakibatkan berkurangnya efektivitas bom.

GP Bomb kadang digunakan sebagai hulu ledak untuk amunisi berpengendali yang lebih canggih. Pemakaian berbagai tipe pencari dan sirip yang dikontrol secara elektik hingga pemakaian pengendali laser (laser guided bomb) seperti seri bom Paveway milik AS, bom berkendali elektro-optik dan yang terbaru adalah bom berpengendali GPS (seperti JDAM milik AS).
[/b]

TIPE GP BOMB

GP Bomb Modern Amerika: Seri Mark 80

[Image: FIG2-1.gif]

Selama Perang Korea dan Perang Vietnam, AS menggunakan desain GP Bom lama seperti M117 dan M118, yang mempunyai jumlah bahan peledak lebih banyak (sekitar 65%) daripada senjata-senjata saat ini. Akan tetapi, banyak dari GP Bom ini masih ada di gudang persenjataan AS, hanya sedikit yang digunakan, dan M117 utamanya digunakan oleh pesawat B-Stratofortress.
.
GP Bom utama AS adalah seri Mark 80. Kelas senjata ini memakai bentuk yang dikenal dengan Aero 1A, yang didesain oleh Ed Heinemann yang terkenal, yang merupakan staff Pesawat Douglas, sebagai hasil studinya pada 1946. Bom ini mempunyai rasio panjang dibanding diameter sekitar 8:1, dan menghasilkna daya hambat aerodinamika minimum untuk pesawat pembawanya. Seri Mark 80 tidak digunakan dalam peperangan hingga Perang Vietnam, tetapi kemudian digantikan oleh GP bom yang lebih baru. Bom seri Mark 80 terdiri dari:
•Mk 81 (nominal weight 250 lb / 113 kg)
•Mk 82 (nominal weight 500 lb / 227 kg)
•Mk 83 (nominal weight 1,000 lb / 454 kg)
•Mk 84 (nominal weight 2,000 lb / 908 kg)

[Image: ORD_Mk80_Family_lg.jpg]

Selama Perang Vietnam, Mk 81 “fire cracker” menunjukkan ketidakefektivitasannya, dan akhirnya ditarik dari penggunaan. Akan tetapi baru-baru ini, varian dengan kendali presisi dari bom Mk 81 diperkenalkan dan kembali digunakan oleh AS, berdasarkan pengalaman AS di Irak pada 2003, dengan tujuan untuk mengurangi kerusakan tambahan jika dibandingkan dengan pemakaian Mk 82 dan bom lain yang lebih besar (sebagai contoh jika targetnya berupa bangunan kecil di pemukiman yang padat).

Setelah Perang Vietnam, GP Bom milik AL dan Marinir AS dibedakan dengan sebuah selimut penghambat-api ablatif tebal, yang didesain untuk mencegah potensi kecelakaan yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan di kapal. AU yang berlandasan di darat biasanya tidak memakai selimut semacam ini.

Bodi bom seri Mk 80 juga digunakan untuk senjata-senjata berikut:
•BDU-50 A practice (no explosive) version of the Mk 82 bomb body
•BDU-56 A practice (no explosive) version of the Mk 84 bomb body

Mk 80 dapat juga diupgrade dengan pemasangan alat tertentu menjadi::
•GBU-12D Paveway II (Mk 82) laser guided.
•GBU-16B Paveway II (Mk 83) laser guided.
•GBU-24B Paveway III (Mk 84) laser guided.
•GBU-38 JDAM (Mk 82) INS/GPS guided.
•GBU-32 JDAM (Mk 83) INS/GPS guided.
•GBU-31 JDAM (Mk 84) INS/GPS guided.

Versi Berpenghambat (ledakan) “Snake Eye” (Retarded Version):
•Mk 82 Snake Eye was a standard Mk 82 with folded, retarding petals.
•Mk 82 Retarded was a standard Mk 82 with a ballute (parasut)
•Mk 83 Retarded was a standard Mk 83 with a ballute.
•Mk 84 Retarded was a standard Mk 84 with a ballute.

[Image: gpb.ht13.gif]
Retarted Version Bomb

GP Bom Modern Inggris

Seperti disebutkan di atas, Inggris mendeskripsikan GP Bomb sebagai bom “medium case” (MC). Jenis GP bomb modern inggris adalah 540 lb (245 kg) dan 1,000 lb (454 kg), denganberbagai macam pilihan sirip, fuze (sumbu) dan penghambat (ledakan).

GP Bomb Russia

Rusia menamai GP Bomb sebagai fugasnaya aviatsionnaya bomba (FAB) dan memakai berat nominal bomb dalam kilogram. Sebagian besar bom Rusia mempunyai airfoil cincin sirkular di bagian belakangnya dari pada sirip yang dipakai pada tipe Barat.

[Image: FIG2-2.gif]

Pada 1946, Uni Soviet mengembangkan sebuah seri bom “jatuh bebas” dalam empat ukuran, 250 kg (550 lb), 500 kg (1,100 lb), 1,500 kg (3,300 lb), dan 3,000 kg (6,600 lb) dan memakai sebuah fuze (sumbu) ekor dan hidung tunggal. Bom dapat dijatuhkan dari ketinggian hingga 12.000 m (40.000 kaki) dengan kecepatan hingga 1.000 km/h (625 mph). Awalnya, bom seri 1946 mempunyai karakteristik balistik yang buruk pada kecepatan supersonik dan kostruksinya sangat rentan. Sebagai hasil pertimbangan, akhirnya versi baru dikeluarkan dengan beberapa upgrade seperti dinding yang lebih tebal dan tanpa sumbu hidung. Versi ini dibuat pada 1956.

Seri bom 1954 dengan daya drag tinggi dibuat dalam enam ukuran 250 kg (550 lb), 500 kg (1,100 lb), 1500 kg (3,300 lb), 3,000 kg (6,600 lb), 5,000 kg (11,000 lb), dan 9,000 kg (20,000 lb). Bom yang lebih kecil (kurang dari 3.000 kg) menggunakan ebuah sumbu hidung dan ekor tunggal, sementara yang lebih besar memakai sebuah sumbu hidung tunggal dan dua sumbu dasar. FAB-9000 (9,000 kg / 20,000 lb) setara dengan bom Grand Slam.

Pada 1962 sebuah seri bom yang berbentung langsing dengan daya drag rendah diperkenalkan, didesain carriage eksternal pesawat fighter-bomber. Bom ini dibuat dalam dua ukuran, 250 kg (550 lb) dan 500 kg (1,100 lb). Kedua bom mempunyai ebuah sumbu hidung tunggal.

Bom seri 1954 dan 1962 masih digunakan, FAB-100, FAB-250, FAB-500, FAB-750, dan FAB-1000. Bom ini digunakan secara luas di Rusia, negara Pakta Warsawa dan berbagai negara lain.

Bom yang lebih besar juga masih terdapat di gudang senjata Soviet, utamanya digunakan untuk bomber besar. Di Afganistan 1988, pesawat bomber Tupolev Tu-22M menggunakan bom FAB-1500 (1,500 kg / 3,300 lb) dan FAB-3000 (3,000 kg / 6,600 lb) yang menghasilkan efek yang sangat menghancurkan.

GP Bomb Perancis

GP Bom Perancis dipasarkan oleh Matra dan dibuat oleh Société des Ateliers Mécanique de Port-sur-Sambre (SAMP), dibuat dalam berbagai tipe dengan berat nominal dari from 50 kg (110 lb) dari 1,000 kg (2,205 lb). Yang paling banyak digunakan adalah 250 kg (550 lb) EU2 dan T25, 400 kg (882 lb) T200, dan 1,000 kg (2,205 lb) BL4.

Negara Lain

Negara lain, termasuk Brazil, Chili, Israel, Portugal, Romania, Afrika Selatan, Spanyol dan Swedia membuat bomnya sendiri, sebagian besar diantaranya merupakan versi berlisensi dari Mark 80 milik AS atau tiruannya.

Mark 81 bomb


[Image: 300px-Mark_77_bomb_loaded_on_FA-18.jpg]


GP Bomb Mark 81 (Mk 81) 250 lb (113 kg) (berjulukan ”Firecracker”=”mercon") adalah GP Bomb yang terkecil dari GP bomb ber-“drag” (suatu istilah aerodinamis, berarti hambatan aerodinamis) rendah seri Mk80.


Pengembangan dan Penggunaan

Dikembangkan untuk pasukan militer Amerika Serikat di tahun 1950-an, ia pertama kali digunakan selama Perang Vietnam. Bom ini terdiri dari selongsong baja dengan bahan peledak H6, Minol atau Tritonal sebanyak 96 lb (44 kg). Daya ledak dari Mk 81 dianggap tidak memadai untuk menggunakan taktis militer AS, dan ia segera dihentikan penggunaannya, meskipun pembuatan duplikat berlisensi dari senjata ini masih berlanjut hingga saat ini di berbagai negara lain.

Pengembangan varian bom kendali- presisi dari bom Mk 81 (GBU-29) dimulai untuk mengurangi potensi kerusakan kolateral (yang tidak semstinya) jika dibandingkan dengan bom yang lebih besar, tetapi program ini telah dibatalkan karena kecilnya diameter bom.


Varian

• Mk 81 Snakeye yangdilengkapi dengan Mark 14 TRD (Tail Retarding Device) untuk meningkatkan daya hambat aerodinamika dari bom setelah dijatuhkan. Waktu-“layang” bom meningkat, digabungkan dengan “drop-envelope” yang kuat, memungkinkan penggunaan bom ini dalam operasi pengeboman ketinggian rendah pada kecepatan yang lebihlambat. Umumnya digunakan dalam peran Close Air Support(CAS) di Vietnam. Diberi julukan "ular”.
• Amunisi Joint Direct Attack GBU-29, versi kendali-presisi Mk 81 dibatalkan.



Mark 82 bomb


Mark the 82 (Mk 82) adalah bom GP ber-“drag” rendah tanpa pemandu (dumb bom), yang merupakan bagian dari Seri Mk 80.


[Image: Mvc-023ft.JPG]


Pengembangan dan Penggunaan

Dengan brat nominal 500 lb (227 kg), bom ini adalah bom seri Mk80 terkecil yang sampai saat ini masih digunakan, dan merupakan salah satu bom paling umum yang dipakai di seluruh dunia. Meskipun berat nominal Mk 82 500 lb (227 kg), tetapi pada kenyataannya berat aslinya sangat bervariasi tergantung pada konfigurasinya, dari 510 lb (232 kg) hingga 570 lb (259 kg). Dia memiliki casing baja yang berisi 192 lb (87 kg) dari bahan peledak Tritonal. Mk 82 menawarkan berbagai modifikasi sirip, sekering/hulu ledak, dan retarder untuk berbagai keperluan.

Mk 82 merupakan hululedak untuk bom berpemandu-laser GBU-12 dan JDAM GBU-38.

Saat ini hanya General Dynamics di Garland, Texas yang mendapat sertifikat dari Departemen Pertahanan AS sebagai pembuat bom untuk Angkatan Bersenjata AS.

Mk 82 yang saat ini sedang menjalani desain ulang kecil untuk memenuhi kebutuhan Kongres akan amunisi insensitif.


Varian

• BLU-111/B: Mk-82 yang berisi dengan PBXN-109 (vs H-6); dengan berat 480 lbs. PBXN-109 adalah bahan peledak yang lebih kurang sensitif. BLU-111/B juga merupakan hululedak dari versi A-1 dari Joint Stand-Off Weapon JSOW.

• BLU-111A/B: Digunakan oleh AL AS, BLU-111/B mempunyai lapisan pelindung panas untuk mengurangi kebakaran yang berhubungan dengan panas bahan bakar/mesin pesawat.

• Dirancang BLU-126/B: dibuat atas pemintaan AL AS untuk mengurangi kerusakan kolateral dalam serangan udara. Batas pengiriman dari varian ini akan dimulai selambat-lambatnya Maret 2007. Juga dikenal sebagai Low Collateral Damage Bomb (LCDB). Bom ini adalah BLU-111 dengan bahan peledak yang lebih sedikit. Bahan isi non-eksplosif ditambahkan untuk mempertahankan berat dari BLU-111, sehingga memberikan lintasan turun yang sama ketika dijatuhkan.

• Mark 62 Quickstrike mine: Adalah ranjau laut, yang merupakan konversi dari bom Mk-82.


[Image: B-2A-Mk.82.jpg]


Mark 83 bomb


[Image: mk-83_bomb_03.jpg]


Mark 83 merupakan bagian dari GP Bom berdaya hambat aerodinamis rendah seri Mark-80 yang beroperasi untuk Amerika Serikat.


Pengembangan dan Penggunaan

Berat nominal dari bom ini adalah 1000 lb (454 kg), walaupun berat aktualnya bervariasi antara 985 lb (447 kg) hingga 1030 lb (468 kg), tergantung pada pilihan sekering, parasut penghambatan, sirip dan konfigurasi. Mark 83 adalah casing baja efisien berisi 445 lb (202 kg) bahan peledak Tritonal dengan daya ledak tinggi. Bila diisi dengan bahan peledak tidak-sensitif panas PBXN-109, bom diberi nama BLU-110.

Mk 83/BLU-110 digunakan sebagai hulu ledak untuk berbagai senjata berpemandu-presisi, termasuk bom berpemandu-laser GBU-16 Paveway, GBU-32 JDAM dan ranjau laut Quickstrike.

Bom ini adalah bom yang paling biasa digunakan oleh AL Amerika Serikat.

[Image: mk-83-131062.jpg]

SLAM ER Missile Systems




[Image: ORD_SLAM-ER_Highlight_Sheet_lg.jpg]

Standoff Land Attack Missile - Expanded Response (SLAM-ER), sebuah upgrade evolusioner dari SLAM yang sudah terbukti dalam peperangan, adalah misil siang/malam, adverse weather over-the-horizon, misil serangan presisi


Sejarah

Akar Slam-ER kembali ke misil anti-kapal Harpoon original yang dipakai oleh armada pada akhir tahun 1970-an. Karena munculnya kebutuhan operasional, misil untuk penyerang darat dikembangkan sebagai turunan Harpoon. SLAM dikembangkan dan digunakan dalam waktu kurang dari 48 bulan dan telah berhasil digunakan oleh F/A-18 dan A-6 pada operasi Desert Storm bahkan sebelum pengujian operasional telah dimulai. Potensi SLAM memicu pengembangan lebih lanjut untuk kemampuan standoff, untuk meningkatkan jarak jangkau, akurasi, penetrasi hulu-ledak, sudut selam dan perencanaan misi. Karena AL AS fokus pada persenjataan pesisir, Inisiatif program Slam-ER diresmikan pada bulan Desember 1994 ketika Asisten Sekretaris AL untuk Riset, Pengembangan dan Akuisisi memberi ijin untuk melanjutkan pengembangan teknik dan manufaktur dan mempercepat produksi Slam-ER dan pemakaiannya ke armada.


Deskripsi

Slam-ER memenuhi persyaratan AL untuk Senjata Luar Wilayah Pertahanan Standoff Presisi Berpemandu. SLAM-ER meningkatkan efektivitas tempur sistem senjata, menyajikan serangan efektif, jarak jauh, presisi; menjadi pilihan untuk misi serangan terencana maupun dadakan. Yang paling signifikan di antara pengembangan senjata ini adalah: sangat akurat, sistem pandu berbantuan-GPS; meningkatkan karakteristik kinerja aerodinamik misil yang memungkinkan jangkauan lebih baik dan lebih efektif untuk menyerang target; bagian meriam/moncong didesain ulang untuk meningkatkan daya penetrasi dan letalitas; dan interfacenya lebih user-friendly untuk Man-in-the-Loop control dan perencanaan misi. SLAM-ER akan menjadi senjata pertama yang memiliki fitur Automatic Target Acquisition (ATA), sebuah terobosan teknologi revolusioner yang akan meng-otomatis-kan dan meningkatkan akuisisi target, dan mengatasi hamper semua countermeasures dan hambatan kondisi lingkungan.


[Image: slam-er_D4C-122500-9_375x300.jpg]

AIM-9 Sidewinder

[Image: 800px-N-0507F-003.jpg]

AIM-9 Sidewinder adalah Rudal pencari panas inframerah, jangka pendek, udara-ke-udara yang dibawa oleh pesawat tempur dan baru-baru ini, beberapa helikopter tempur. Varian dan upgrade layanan tetap aktif dengan banyak angkatan udara memakainya setelah lima dekade. Ketika sebuah rudal Sidewinder sedang diluncurkan, pilot NATO menggunakan kode singkatnya "Fox Two" di komunikasi radio, seperti halnya dengan semua rudal Pencari panas

Sidewinder adalah rudal paling banyak digunakan di Barat, dengan lebih dari 110.000 rudal-rudal yang diproduksi untuk US dan 27 negara-negara lain, yang mungkin satu persen telah digunakan dalam pertempuran. Rudal Ini telah dibangun di bawah lisensi oleh beberapa negara lain, termasuk Swedia. AIM-9 adalah salah satu Rudal yang tertua, paling mahal dan paling sukses di kelasnya, dengan perkiraan kill 270 di seluruh dunia.

Length: 2.85 m (9 ft 4 in)
Wingspan: 630 mm (24¾ in)
Diameter: 127 mm (5 in)
Launch weight: 91 kg (190 lb)
Speed: Mach 2.5
Range: 1–18 km (0.6–11.3 mi)
Guidance: infrared homing
Warhead: 9.4 kg (20.8 lb) annular blast-fragmentation
Contractor: Raytheon Company; Ford Aerospace; Loral Corp.
Unit cost: US$84,000


Vympel R-27
[Image: R-27_T_3D.jpg]

Vympel R-27 (kode NATO AA-10 Alamo( P-27) adalah rudal jarak menengah produksi Uni Sovyet. Sampai saat ini masih digunakan oleh Rusia dan negara negara CIS.

R-27 diproduksi dalam versi penuntun infra-merah dan radar semi aktif, mirip dengan Rudal MICA produksi Perancis. Dia mempersenjatai MiG-29, Su-27, dan beberapa model terbaru MiG-23(MiG-23 MLD).

Pengguna di kawasan Asia tenggara adalah Indonesia (digunakan oleh Sukhoi Su-27 dan Su-30) dan Malaysia yang mendapatkannya bersamaan dengan pembelian MiG-29. Rudal ini bersama dengan MiG-29 pernah dipamerkan AU Malaysia di ajang Indonesia Air Show 1996.
 
Kaliningrad K-5
[Image: 250px-K-5M_Air-to-Air_Missile.jpg]

Kaliningrad K-5 (kode NATO: AA-1 Alkali, dikenal juga dengan RS-1U atau produk ShM) adalah sebuah peluru kendali udara ke udara buatan Uni Soviet. Pengembangan K-5 dimulai pada 1951. Uji coba penembakan pertama dilakukan pada 1955. Rudal ini pertama kali diujicobakan pada Yakovlev Yak-25 dan pertama kali memasuki masa dinas dengan nama Grushin/Tomashevitch (bahasa Rusia: Грушин/Томашевич) RS-2U (dikenal juga dengan R-5MS atau K-5MS) pada 1957. Versi awal sekelas dengan RP-2U (Izumrud-2) yang digunakan MiG-17PFU, MiG-19PM. Versi yang lebih maju, K-5M atau RS-2US memasuki masa dinas pada 1959. Republik Rakyat Cina mengembangkan versi mereka sendiri dengan menggunakan disain yang sama dengan kode PL-1 yang digunakan oleh pesawat tempur J-6B.

Pada 1967, K-5 digantikan oleh K-55 (R-55 dalam masa dinas) yang menggantikan sistem berpandu sorot cahaya dengan pelacak radar semi-aktif atau pemandu inframerah. K-55 digunakan sampai dengan 1977.
Vympel K-13
[Image: 250px-R-3_Air-to-Air_Missile.jpg]

Vympel K-13 (kode NATO: AA-2 Atoll) adalah sebuah peluru kendali udara ke udara buatan Uni Soviet yang merupakan rekayasa terbalik dari AIM-9 Sidewinder dan digunakan di banyak negara. The K-13 (juga dikenal dengan R-3S) dikembangkan dari 1958 dan masuk masa dinas pada 1960. Disain rudal ini mengikuti rudal AS AIM-9 Sidewinder. Menurut laporan, sebuah AIM-9B ditembakkan sebuah F-86 Sabre Taiwan dengan target sebuah MiG-17 Republik Rakyat Cina tetapi tidak meledak pada sebuah pertempuran udara pada 28 September 1958. Rudal tersebut tetap berada di badan pesawat MiG dan dibawa kembali ke pangkalan dan menjadi contoh pengembangan rudal Uni Soviet.

R-3S pertama kali diketahui negara Barat pada 1961 dan diberi kode AA-2A Atoll. Kemudian disusul oleh R-3 jenis pelacak radar semi-aktif (SARH) yang sekelas dengan AIM-9C Sidewinder yang digunakan F-8 Crusader Angkatan Laut Amerika Serikat. R-3 diberi kode NATO AA-2B. Versi yang lebih mutakhir K-13M (R-13M) (IRH) dan K-13R (R-3R) (SARH) dikembangkan pada akhir 1960-an. R-13M secara kasar sekelas dengan AIM-9G Sidewinder yang digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat dengan pemicu jarak yang baru, bahan bakar baru untuk jarak yang lebih jauh, manuver yang lebih baik dan pelacak panas yang lebih sensitif. R-3P adalah versi untuk latihan. (P = prakticheskaya, untuk "latihan").

Semua varian K-13 secara fisik menyerupai Sidewinder dengan diameter 127 mm. Jarak efektif adalah sekitar 1 kilometer.

Versi lisensi dibuat di Rumania dengan kode A-91. Versi Republik Rakyat Cina untuk K-13 adalah PL-2, serta PL-3 dan PL-5 untuk versi yang lebih mutakhir
 
Molniya / Vympel R-60
[Image: 300px-Aphid_Missile.svg.png]

Molniya (sekarang Vympel) R-60 (kode NATO: AA-8 ‘Aphid’) adalah rudal udara-udara ringan jarak pendek berpemandu infra merah yang digunakan oleh angkatan udara Uni Soviet. Mulai dikembangkan pada akhir 1960an dan memasuki masa produksi pada tahun 1973. Mulai masuk dinas aktif setahun kemudian dengan kode R-60T (kode NATO: ‘Aphid-A’).

R-60 memiliki hulu ledak sebesar 3,5 kg (7,7 lb) dengan radar proximity fuze dan mampu mengejar sasaran yang bermanuver sampai 8G. Jarak efektifnya adalah sekitar 400 m sampai 4000 m.

Versi upgradenya adalah R-60M, diberi kode oleh NATO ‘Aphid-B’ dikeluarkan tahun 1982 dengan sistem infra merah yang lebih sensitif dan wilayah deteksi diperluas 20˚. R-60M menggunakan laser proximity fuze dan pada beberapa versi membawa hulu ledak depleted uranium seberat 1,6 kg (3,5 lb) agar serpihannya mampu menembus sasaran lebih dalam.

Versi ekspor adalah R-60MK, dengan kode NATO ‘Aphid-C’ yang telah terintegrasi dengan system pembidik inframerah (IRST: Infra-red Sighting and Tracking) seperti pada MiG-29 dan Su-27 maupun helm pilot.

R-60 juga memiliki versi latihan yang dinamakan R-60U. Serta versi modifikasi agar dapat ditembakkan dari darat oleh artileri pertahanan udara M55A3B1.

Spesifikasi

Propulsi: Motor roket bahan bakar padat
Kecepatan: Mach 2,7
Jarak jangkau: 8 km
Sistem pemandu: Infra-merah
Hulu ledak: 6 kg (13 lb)
Berat: 43,5 kg (96 lb)
Panjang: 2,09 m
Diameter: 1,2 m
Rentang sayap: 0,39 m
Vympel R-73
[Image: AA-11_Archer_missile.PNG]

Vympel R-73 (kode NATO: AA-11 ‘Archer’) adalah peluru kendali udara ke udara jarak pendek berpemandu infra-merah rancangan Vympel Machine Building Design Bureau. Rudal ini memasuki dinas operasional angkatan udara Rusia pada tahun 1984.

R-73 dirancang untuk menghancurkan sasaran udara, termasuk pesawat tempur, pengebom, helikopter, pesawat tanpa awak (UAV – Unmanned Aerial Vehicle) maupun rudal jelajah dan berkemampuan manuver sampai 12G. Rudal ini juga memiliki kemampuan menyergap sasarannya dari segala arah (all-aspect), dalam segala cuaca (all-weather) serta di tengah pengacauan elektronis (jamming).

R-73 dapat diintegrasikan dengan helm pilot, memungkinkan pilot untuk membidik sasarannya dengan hanya melihatnya saja.

R-73 ditenagai oleh sebuah mesin roket berbahan bakar padat. Memiliki empat sirip kontrol yang terletak di bagian depan serta stabilizer di bagian belakang sayap. R-73 juga memiliki thrust-vectoring memungkinkannya untuk melakukan maneuver ekstrim.

Varian awal, yaitu R-73A memiliki jarak jangkau 30 km, sementara pengembangannya R-73M memiliki jarak jangkau 40 km.

R-73 dapat dibawa oleh pesawat tempur Su-27, Su-33, Su-34, Su-35, Su-37, MiG-29, MiG-31, MiG-33, Yak-141, serta helikopter serang Mi-24, Mi-28, dan Ka-50. Beberapa pesawat tempur generasi lama seperti MiG-21, MiG-23, Su-24 dan Su-25 yang telah dimodifikasi juga dapat membawanya


Spesifikasi

Propulsi: Motor roket bahan bakar padat
Kecepatan: Mach 2,5
Jarak jangkau: 20 km; 30 km (R-73M1); 40 km (R-73M2)
Sistem pemandu: Infra-merah
Hulu ledak: 7,4 kg high-explosive
Berat: 105 kg (R-73M1); 115 kg (R-73M2
Panjang: 2,9 m
Diameter: 0,165 m
Rentang sayap: 0,51 m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar