Sabtu, 23 April 2011

Fungsi Sastra Jawa Kuna

FUNGSI JAWA KUNA DAN RELEVANSINYA
DI SEPANJANG MASA

S. Supomo

The Australian National University, Canbera, Australia


Tepat seribu tahun yang lalu, di suatu keraton di Jawa Timur telah dilangsungkan pembacaan perdana hasil pertama proyek “penjawaan buah pikiran Byasa”. Sejak itu sastra Jawa Kuna terus tumbuh dengan subur di Jawa Timur selama lebih dari 400 tahun.

Sayang, sastra Jawa Kuna tidak bisa melepaskan diri dari akar-keratonnya. Keterikatan sastra pada keraton itu ternyata fatal bagi kelangsungan hidup sastra Jawa Kuna, ketika Majapahit jatuh dan kemudian diikuti dengan kemelut perang antara para penguasa besar-kecil selama lebih dari dua abad. Namun, daya tarik sastra Jawa Kuna bagi masyarakat Jawa tetap kuat. Bahkan masuknya karya sastra dari dunia Islam ternyata juga tidak mengurangi kepopuleran gubahan sastra Kawi dan lakon yang berdasarkan karya sastra Jawa kuna.
Bahwa sastra Jawa Kuna bisa hidup dan berkembang selama itu tentulah karena masyarakat Jawa di masa-masa lampau memandangnya sebagai sesuatu yang tetap relevan untuk kehidupan mereka.

Barangkali ini ada kaitannya dengan empat fungsi sastra Jawa Kuna, yaitu (1) fungsi spiritual-keagamaan, (2) magis-politis, (3) didaktik, dan (4) pelipur. Dengan demikian, setiap orang merasa bisa mendapatkan manfaat dari karya sastra, atau dari gubahan dan lakon wayang yang berdasarkan karya sastra itu.
Penggunaan bhineka tunggal ika sebagai semboyan di dalam lambang negara kita menunjukkan bahwa karya Jawa Kuna bisa tetap relevan, atau di-relevan-kan, untuk masa kini, baik bagi kebutuhan hidup pribadi maupun bagi kehidupan bangsa.

Karena itu disarankan di sini agar untuk memperingati penulisan parwa 1000 tahun yang lalu – yang telah merupakan impetus bagi perkembangan sastra Jawa Kuna – dilakukan dua usaha besar, yakni (1) menyunting semua “candi bahasa” yang sampai pada kita, dan kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia; (2) menerjemahkan mahakarya dunia ke dalam bahasa Jawa, dengan harapan agar dapat merupakan impetus bagi perkembangan sastra Jawa modern untuk masa 1000 tahun yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar