Sabtu, 23 April 2011

Bahasa Jawa

BELAJAR BAHASA JAWA
Pengantar
Bahasa  adalah kumpulan katakata yang tersusun,  jika seseorang ingin memelajari suatu bahasa apapun, maka terlebih dahulu ia harus menghafal kosa-katanya, dengan demikian memudahkan bagi orang tersebut untuk dapat menyampaikan maksudnya. Seperti diketahui bahwa daftar kosa-kata dalam bahasa Jawa mencapai 50.000 kata lebih, sekitar 7500 kata berupa kosakata bahasa Jawa kuna, 700 kata berupa basa krama dan 270-an basa krama – krama alus. Selebihnya adalah kosakata dalam bentuk ngoko.

Masalahnya sekarang, bagaimana menyerap kata-kata sebanyak itu kedalam otak kita? Sedang pengajaran bahasa Jawa di sekolah SD hingga SMU hanya bersifat muatan local, ratarata sekitar dua jam seminggu; itu bukan memelajari daftar kosa-kata saja tapi menyakup hal lain seperti; paramasastra, kasusastran Jawi, tembang dan sebagainya.

Memang suatu hal yang tak mungkin bila kita harus menghafal semua kosakata     seperti yang terdapat di dalam Bausastra, yang jumlahnya 50.000 kata lebih, karena tidak mungkin pula lawan bicara kita adalah mengerti tentang kosakata terpendam lainnya.

Hampir 75 prosen dari isi bausastra adalah tembung ngoko lugu atau dalam kelas kata disebut sebagai bahasa netral, dan itupun didominasi oleh tembung aran dan kosakata dialek,  beberapa kosakata asing meski sudah melebur ke dalam bahasa Jawa.

Meskipun seseorang itu tidak mungkin mampu menghafal isi kamus, atau kalau pun hafal juga tidak seluruhnya digunakan dalam interaksi sehari-hari – mengingat mitrawicara kita ini  juga termasuk dalam kategori penutur bahasa yang awam – tetapi paling tidak, seseorang mampu menguasai 1600 kata itu sudah cukup untuk berkomunikasi lisan maupun tertulis. Namun untuk menjadi seorang yang wasis mumpuni dalam bahasa Jawa paling tidak harus menguasai sekitar 4500 kata dasar (Jawa kuna atau Jawa baru).

Tetapi saya tidak menganjurkan anda berbuat seperti itu, sebab dari sekian banyak kata dasar yang harus dikuasai oleh seseorang sebagai penutur bahasa Jawa, setidak-tidaknya ungkapan di bawah ini sudah memenuhi syarat sebagai penutur bahasa Jawa yang baik. Alasannya sangat sederhana, karena katakata dibawah ini sebagai kosakata dasar yang harus dan pantas dikuasai, sebab sering digunakan dalam ragam lisan maupun tulis.



B.         Menghafal Kosakata dasar
Setiap hari luangkan waktu untuk menghafalkan kosakata, tidak perlu   banyak , cukup tembung lingga saja, tentu ini dengan derivasinya.  Supaya bisa mengontrol seberapa banyak gudang memory otak kita mampu menampung kosakata baru, hendaklah  anda menghafalkan kosakata dengan kartu yaitu  dengan cara menuliskan 2 (dua) kata dasar yang baru, pada selembar kartu yang telah disiapkan sebelumnya. Caranya; buat sebuah potongan kertas manila ukuran postcard. Kemudian  pada halaman pertama tuliskan 2 (dua) kata dasar yang baru, yang sama sekali belum pernah dikuasai, berikut cara pengucapannya (kedaling swara).

Sedangkan  artinya bisa ditulis di bagian belakang. Kartu  yang sudah ditulis daftar kata itu kemudian dihafalkan diluar kepala (learning by heart). Tiap hari diganti dengan kartu baru dan daftar kata baru, kartukartu yang sudah dihafalkan harus dipisahkan penyimpanannya dengan kartukartu yang masih kosong.

Jika kita bisa menghafalkan dengan cara ini terus menerus, maka dalam waktu yang relative singkat perbendaharaan kata kita menjadi bertambah kaya. Dapat  kita bayangkan, seandainya setiap hari menghafal 2 (dua) kata saja, maka dalam waktu satu tahun seorang akan  mampu menyimpan 2 x 365 = 730 kata dasar baru.

Jika setiap kata dasar memiliki 5 derivasi maka dalam satu tahun anda sudah menguasai 5 x 730= 3.650 kata. Tentu saja dalam menyusun kosakata baru sebaiknya dipilih kosakata baku, meski harus paham juga istilah dialeknya, yakni sebuah kosakata baku akan diucapkan berbeda ditempat lain. Misalnya kosakata “ pahit “ ini tentang sebuah rasa yang hanya dapat diketahui oleh indera lidah; pahit, manis, asin, masam dsbnya. Tetapi ‘ pahit ‘ di wilayah Wonosobo bagi penduduk asli Wonosobo, pahit artinya ‘ enak ‘, emping mlinjo itu rasanya gurih pahit, artinya gurih enak.

Namun demikian yang lazim dalam kosakata baku bahwa “ pahit “ adalah sebuah rasa kebalikan dari “ manis”.  Selain daripada hal tersebut, mungkin dalam kosakata tersebut memiliki tingkatan (undha-usuk basa) seperti : watu > séla, turu> tilem >saré  dsbnya.

Ada  sekitar 700 kata berbentuk tembung krama, dan kurang lebih 275 kata berbentuk tembung krama dan krama inggil,.

Membuat daftar kata
Dalam menghafal dan menambah perbendaharaan kata bahasa Jawa,  kita bisa membuat daftar kata dengan cara;

1.   Memahami pembagian bentuk kata ( rimbag) misalnya ;
a.   Kata sifat (tembung kahanan)
  • Gedhé >  tembung kahanan
  • Ijo royo-royo >  rimbag bawa pating
  • Kakèhen >  rimbag adiguna
  • Lara mata                > tembung sipat
  • kadhasen >  rimbag guna
  • Sugih akal                > rimbag bawawacana
  • Rada kecut               > tembung sipat
  • Dhuwur >  tembung kahanan

b.   Kata kerja (tembung kriya)
  • Ndhudhuk >  rimbag tanduk
  • Aku                         > rimbag utamapurusa
  • -ku >   rimbag pandarbé
  • Di >  rimbag pratamapurusa
  • Mangana >  rimbag sambawa
  • atenggak               >  rimbag bawa ha
  • Munggah             > rimbag bawa ma
  • Kagepok               >  rimbag tanggap
  • Lunga                    > tembung kriyalingga

c.    Kata benda (tembung aran)
  • Gunung                        > tembung lingga aran
  • Kabupatèn                  > tembung bawawacaka
  • Panggulawenthah    > tembung kriyawacaka
  • Panginepan                 > tembung karanawacaka
  • Pakarangan                 > tembung dayawacaka
  • Kapinteran                  > tembung bawawacana
  • Langit                            > tembung lingga aran

Mencari lawan kata
Lawan  kata (antonym) atau tembung kosok balèn, jumlahnya  tidak banyak.
1) Tembung Kriya
  • Adol              x           tuku
  • Awèh            x           njaluk

2) Tembung aran
  • Bapa          x           biyung
  • Bendara    x           kawula, batur, abdi

3) Tembung kahanan
  • Adoh           x          cedhak
  • Akèh            x          sithik

Contoh ini perlu untuk diketahui, karena dalam ragam bahasa lésan sering digunakan kata “ ora”, artinya bahwa semua bentuk kata dasar yang tidak di dapat lawan kata, maka di depan kata dasar itu di tambahkan kaktra ‘ora’, contohnya;
  • Adus                  :  ora adus
  • Mangan            :  ora mangan

Kata sinonim
Kata sinonim atau tembung Dasanama    yakni nama sebuah benda yang memiliki nama lain lebih dari satu, misalnya :

Anak                     :  putra, sunu, siwi, atmaja, suta, tenaya, weka, yoga
Angin                   :  bayu, bajra, maruta, prahara, pawana, samirana,
sindhung riwut.

Tembung madhaswara
Di dalam bahasa Jawa ada istilah madhaswara yakni sebuah kosakata yang tulisannya berbéda, tetapi dalam pengucapannya terdengar sama atau hampir sama. Contohnya;
Kanti diucapkan dengan ujung lidah diantara gigi, tembung kanti artinya tunggu, atau sabar.
Kanthi kata ini memiliki kesamaan dengan tembung kanti dengan pengucapan ujung lidah menekan langit-langit, dan kata ini memiliki arti bersama atau dengan demikian. Berikutnya bandingkan ;


Emping ( kripik mlinjo)            x           amping ( samping)
Wedi ( takut   )                              x           wedhi ( pasir)

Kata majemuk
Dalam bahasa Jawa disebut Tembung camboran adalah kombinasi kata  dengan cara menyatukan dua kata yang berbeda atau lebih dan menjadi sebuah kosakata baru dengan makna yang baru pula, seperti;
Jaran (kuda) guyang (mandi)                  :  nama ilmu pelet
Kebo (kerbau) Kanigara  (sumping)      : nama tokoh dari Demak

Tembung éntar
Bahasa  éntar, Tembung  éntar adalah ragam bahasa yang penyampaian maksudnya disamarkan. Bagi penutur  ragam lisan, tembung éntar ini sering dijumpai dalam bahasa harian, khususnya di kalangan orangorang tua. Biasanya tembung éntar ini digunakan dalam bentuk ; bebasan, saloka, sanépa dsbnya, misalnya;
Kebo nusu gudèl :  orang tua mengikuti kehendak anak
Ancik-ancik pucuking eri   : keadaan yang mengkhawatirkan

Bahasa honorifik
Ini menjadi bagian penting dalam memelajari bahasa Jawa, undha usuk basa atau bahasa honorific, adalah suatu bentuk penghormatan yang disampaikan melalui ungkapan katakata.
Dalam kelas kata ini ada dua hal yang pokok yaitu tembung ngoko dan tembung krama misalnya;
Ngoko                          krama                       krama inggil
Aku                                 kula                              adalem
Kowé                             sampéyan                  panjenengan
Dhèwèké                      piyambakipun         panjenenganipun
Gawa                             bekta                            ampil
Tuku                              tumbas                       pundhut

Tataran bahasa honorific itu ada dua macam, yaitu; 1) basa netral yakni tembung ngoko yang sama sekali tidak memiliki tataran tembung krama dan tembung krama alus. 2) basa krama, yaitu tembung ngoko yang hanya memiliki tembung krama

Pada Basa krama ada dua macam yaitu basa krama lugu dan  basa  krama alus.

Ragam rimbag
Rimbag  artinya pengetahuan tentang cara membentuk kata. Fungsi dan peranan Rimbag adalah untuk mengubah  kata dasar, menjadi kata yang baru [derivatif].

Pada dasarnya Rimbag dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; 1. pembentuk kata kerja, 2. pembentuk kata benda dan 3. pembentuk kata diluar kata kerja dan kata benda.

Mengenal Aksara Jawa
Seorang  penutur bahasa Jawa sudah selazimnya jika mengetahui tentang bentuk aksaranya. Satu hal yang perlu untuk difahami, bahwa tidak semua bahasa di dunia ini memunyai aksaranya, kecuali bahasa-bahasa tertentu seperti; bahasa Arab, bahasa Yunani, bahasa Mandharin, bahasa Jepang, bahasa Korea, bahasa Thai, bahasa Jawa, bahasa Rusia, bahasa Sansekerta, selebihnya tidak memiliki aksara sendiri, mereka menggunakan aksara latin.

Ragam kata
Dalam paramasastra Jawa anyar banyak dijumpai sebutan untuk kelompok kata, dan tembungtembung ini merupakan kelompok-kelompok baru dari dua jenis kata baku yakni tembung lingga dan tembung andhahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar